Arus Baru Islam Radikal
oleh: Resti Mutiara
.
.
.
Judul Buku : Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia
Penulis : M. Imdadun Rahmat
Tahun Terbit : 2005
Kota Terbit: Jakarta
Penerbit: Erlangga
Jumlah Halaman : 185 halaman
SINOPSIS BUKU
Gelombang revivalisme (kebangkitan) Islam di Timur Tengah muncul pada dekade ketujuh abad ke-20 M, bertepatan juga dengan abad baru Hijriyah, yakni abad ke-15. Dimana di dalam kepercayaan umat islam, setiap abad akan melahirkan seorang pembaharu keyakinan umat, dan perbaikan kondisi komunitas islam. Ekspetasi umat islam akan adanya pembaharu ini menjadi teramat besar di saat mereka sedang dilanda krisis. Menurut Herman Frederick Eilts, kebangkitan islam dimulai sejak lengsernya rezim sekuler Shah Iran Reza Pahlevi yang didukung penuh AS oleh Imam Khomeini yang memimpin revolusi Iran. Revolusi Iran telah mempengaruhi gerakan-gerakan islam di negara-negara Arab lainnya. Tampaknya gerakan ini terkait dengan pencarian identitas dunia islam.
Krisis identitas bagi bangsa Arab sesungguhnya berakar pada hancurnya bangunan sosial-politik sebagai akibat kolonialisme dan pendudukan militer Barat semenjak abad 17 dan 18, hingga paruh pertama abad 20. Bangunan sosial politik berbasis keislaman terpinggirkan oleh masuknya berbagai pemikiran barat. Ditambah lagi sistem sekuler ini justru memapankan kekuasaan militer yang totalitarianistik, kesenjangan ekonomi, korupsi, dan degradasi moral. Dan hal yang paling memicu adalah kekalahan bangsa Arab oleh Israel dalam konflik berkepanjangan di Palestina. Maka muncullah gerakan untuk kembali pada tradisi yang dianggap lebih cocok dengan identitas mereka, baik yang berbasis Arab, Nasionalisme, Sosialisme, maupun Islam. Pada akhir 1950-an dan 1960-an, muncul gerakan reformasi atas sistem yang terbaratkan tersebut. Di Irak, Suriah, dan Mesir rezim lama diganti oleh pemerintah baru yang dikuasai oleh kelompok radikal yang berorientasi sosialis, dan menjadi pendukung persatuan Arab.
Para penganjur revivalisme islam ini, meletakkan prinsip-prinsip pokok tertentu sebagai kerangka ideologi kebangkitan islam. Prinsip itu diantaranya: Islam merupakan sistem kehidupan yang total, fondasi Islam adalah al-qur’an, sunnah Nabi dan tradisi para sahabat, puritanisme dan keadilan sosial, kedaulatan dan hukum Allah berdasarkan syariat, dan jihad sebagai pilar menuju nizam islami. Berdasarkan prinsip tersebut berbagai tuntutan meramaikan pentas politik dan gerakan kegamaan di Timur Tengah. Organisasi pendukung gerakan ini secara konsisten menjadi kekuatan politik atu oposisi.
Tiga gerakan islam di Timur Tengah yang memiliki pengaruh kuat ke Indonesia:
Ikhwanul Muslimin
Sebuah organisasi pergerakan islam kontemporer yang paling besar. Organisasi ini tersebar di kurang lebih 70 negara yang tidak hanya di Timur Tengah. Didirikan oleh Hasan Al-Banna di Mesir pada bulan April 1928. Organisasi ini menyeru untuk kembali kepada islam, sebagaimana yang terdapat dalam al-qur’an dan sunnah, mengajak untuk menerapkan syariat Islam dalam realitas kehidupan, mengembalikan kejayaan islam, dan berdiri menentang sekularisasi di kawasan Arab dan dunia Islam. Tujuan dari gerakan ini adalah melakukan dakwah islam yang benar, menyatukan umat islam, menjaga kekayaan negara untuk mensejahterakan rakyat, membebaskan seluruh negeri Arab dan islam dari kekuasaan asing, mendorong liga Arab dan Pan Islamisme, membentuk negara yang melaksanakan hukum dan ajaran Islam seutuhnya.
Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir merupakan partai politik yang didirikan oleh Taqiyuddin An-Nabhany di Al-Quds, Palestina pada 1952. Kegiatan utama partai politik ini adalah politik dan berideologi Islam. Agenda utama partai ini adalah membangun kembali sistem khalifah Islamiyah dan menegakkan hukum islam dalam realitas kehidupan. Cita-citanya adalah membangun tatanan masyarakat dan sistem politik berlandaskan aqidah Islam. Islam harus menjadi tata aturan kemasyarakatan dan menjadi dasar konstitusi dan undang-undang.
Dalam rangka menjalankan politiknya, Hizbut Tahrir menjadi oposisi bagi pemerintahan yang dianggap tidak menjalankan sistem politik islami, syariah, hukum islam, menghianati amanah rakyat dan melakukan penindasan. Yang paling menonjol adalah kampanye anti baratnya.
Gerakan Salafi
Salah satu aktor kebangkitan Islam di Timur Tengah ialah Jama’ah Salafi. Salafi merupakan Islam yang murni dan bebas dari penambahan, pengurangan, dan perubahan. Salafiyah adalah al-quran dan sunnah. Salafi bukanlah mazhab baru ataupun partai politik. Orang yang paling giat menyebarkan, membela, melahirkan pikiran-pikiran, serta menerangkan ajaran salafiyah dalam bentuk fiqih, akidah, maupun etiket adalah Syaikh Al-Islam Ibnu Taymiyyah. Di zaman modern, aliran salafiyah kembali muncul lewat tangan pembaharu Salafiyah di Jazirah Arab yakni Syekh Muhammad Abdul Wahab, yang gerakannya memerangi segala bentuk syirik dan khurafat.
Perkembangan gerakan Islam di Timur Tengah sering kali memberikan pengaruh kuat untuk Indonesia. Hal ini dikarenakan Timur Tengah yang di persepsikan umat Islam menjadi rujukan bagi gerakan islam di Indonesia. Gerakan revivalisme Indonesia telah tumbuh sejak awal 1980-an. Ekspresi revivalisme ini berbentuk meningkatnya gairah kesantrian di tengah masyarakat. Sebagai sebuah gerakan, munculnya revivalisme Islam di Indonesia ditandai dengan lahir dan berkembangnya gerakan dakwah kampus pada awal 1980-an. Gerakan dakwah kampus yang di motori oleh kalangan mahasiswa di berbagai perguruan tinggi umum dengan metode “usroh” ini merupakan cikal bakal dari lahirnya tiga gerakan Islam baru yang menonjol, yakni Tarbiyah (yang kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera), Hizbut Tahrir Indonesia, dan Dakwah Salafi.
Peran para alumni pendidikan di Timur Tengah masih menjadi pola utama transmisi gerakan revivalisme Islam kontemporer Timur Tengah ke Indonesia. Gerakan revivalisme Islam merupakan fenomena yang terjadi di hampir seluruh dunia Islam. Fenomena ini adalah ekspresi keinginan umat Islam untuk kembali menjadikan Islam sebagai landasan hidup alternatif dari sekularisme. Gerakan kebangkitan islam ini akan lebih baik jika dijalankan oleh seluruh komponen umat Islam yang ada secara bersama-sama, tanpa ada sikap curiga, menyalahkan dan mengkafirkan. Menyikapi fenomena keagamaaan yang baru lahir perlu kearifan, berpikir terbuka, kritis, objektif, dan tanpa prasangka.
Related Posts