KONVENSI SENECA FALLS 1848
Oleh: Annisa Nurul Hidayah
.
.
.
Perempuan merupakan sosok penting yang hadirnya juga turut andil dalam menciptakan peristiwa-peristiwa kesejarahan dunia. Namun, sejarah kerap tidak adil bagi perempuan. Lembaran-lembaran sejarah kerap kali hanya mencantumkan kisah heroik laki-laki. Tengok saja, sosok lelaki kerap dilukiskan sebagai sosok manusia ideal. Mulai dari citra Tuhan manusia dalam hampir keseluruhan sistem teologis, pembawa pesan suci keagamaan, bahkan sampai tokoh-tokoh filsafat pun acapkali yang muncul dalam sejarah adalah laki-laki. Perempuan menjadi gelisah diperlakukan oleh sejarah yang diskriminatif. Mereka kemudian memberontak, menuntut sejarah yang adil, utamanya memperjuangkan kesetaraan gender.
Konvensi perempuan di Seneca Falls, 19-20 Juli 1848, setidaknya menjadi guratan penting dalam sejarah gerakan perempuan (feminisme). Konvensi Seneca Falls ini diadakan pada 19-20 Juli tepatnya di Kapel Wesleyan, Seneca Fall, New York. Konvensi ini membahas tentang hak-hak kaum perempuan dan melahirkan suatu deklarasi yang dinamakan “Declaration of Sentiments”. Konvensi Seneca Falls ini sekaligus menjadi konvensi perempuan pertama yang diadakan di Amerika Serikat.
Latar Belakang dan Berlangsungnya Seneca Falls 1848
Layaknya peristiwa sejarah lainnya, suatu peristiwa bukanlah terjadi tanpa adanya sebab musabab yang melatarbelakanginya. Konvensi Seneca Falls ini juga merupakan suatu akibat dari suatu peristiwa lain, yaitu Konvensi Anti Perbudakan (World’s Anti-Slavery Convention) di London pada 1840. Pada Konvensi Anti Perbudakan ini, kaum wanita diikutsertakan untuk hadir. Namun, para wanita ini tidak diperbolehkan untuk berbicara; mengeluarkan pendapatnya di muka umum. Elizabeth Cady Stanton dan Lucretia Mott merupakan wanita yang merasakan kekecewaan atas hal ini.
Elizabeth Cady Stanton dan Lucretia Mott kemudian menjadi akrab sejak pertemuannya pada Konvensi Anti Perbudakan tersebut. Mereka bekerja sama dengan Martha Wright, Mary Ann McClintock, dan Jane Hunt, untuk membuat sebuah konvensi perempuan di Seneca Falls pada 1848.
Tiga hari sebelum konvensi, Lucretia Mott, Martha C. Wright, Elizabeth Cady Stanton, dan Mary Ann McClintock bertemu untuk menyusun agenda Konvensi Seneca Falls. Deklarasi Sentimen, yang ditulis terutama oleh Stanton, didasarkan pada Deklarasi Kemerdekaan (Declaration of Independence) untuk menyejajarkan perjuangan para laki-laki dengan perjuangan gerakan perempuan. Sebagai salah satu pernyataan pertama dari penindasan politik dan sosial terhadap wanita Amerika, Deklarasi Sentimen menghadapi kesulitan yang signifikan pada saat publikasi. Ada pun dijalankannya Konvensi Seneca Falls, menandai dimulainya gerakan hak-hak perempuan di Amerika Serikat.
19 Juli1848, Konvensi Seneca Falls dimulai pukul 11 siang. Elizabeth Cady Stanton kemudian membacakan Deklarasi Sentimen yang diajukan dalam konvensi ini. Deklarasi Sentimen kemudian dibaca ulang, paragraf per paragraf dan dilakukan beberapa perubahan-perubahan atas itu. Pada konvensi juga disebutkan bahwa hal yang menjadi keputusan akhir akan dijadikan sebagai legitimasi atas Deklarasi Sentimen.
Deklarasi Sentimen dimulai dengan menegaskan kesetaraan semua pria dan wanita dan menegaskan kembali bahwa kedua jenis kelamin diberkati dengan hak-hak yang tidak dapat dicabut yaitu hak hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan. Teks itu menyatakan bahwa perempuan ditindas oleh pemerintah dan masyarakat patriarkal di mana mereka menjadi bagiannya. Teks itu kemudian mencatat 16 fakta yang menggambarkan tingkat penindasan terhadap perempuan, termasuk kurangnya hak pilih perempuan, partisipasi, dan perwakilan dalam pemerintahan; kurangnya hak-hak kepemilikan perempuan dalam pernikahan; ketidaksetaraan dalam hukum perceraian; dan ketidaksetaraan dalam pendidikan dan kesempatan kerja. Dokumen itu menegaskan bahwa perempuan dipandang sebagai warga negara penuh Amerika Serikat dan diberikan semua hak dan keistimewaan yang sama yang diberikan kepada laki-laki.
Sore harinya, dilakukan pembacaan deklarasi yang sudah dilakukan perubahan-perubahan sejak pagi. Kemudian dilakukan pemungutan suara. Kertas lalu diedarkan untuk mendapatkan tanda tangan peserta yang hadir.
20 Juli 1848, konvensi Seneca Falls 1848 dilangsungkan. E.C Stanton kembali membacakan Deklarasi Sentimen dengan resolusi berbeda daripada hari sebelumnya. Resolusi pada hari ini menyatakan hak-hak perempuan dan berjumlah 12 resolusi. Setelah beberapa kritik, banyak perdebatan, dan beberapa perubahan, akhirnya disahkan oleh mayoritas besar.
Kritik terhadap Konvensi Seneca Falls
Suatu hal yang menarik dalam konvensi, satu-satunya resolusi yang tidak disetujui secara bulat adalah apa yang disebut hak pilih perempuan, karena beberapa orang khawatir bahwa masalah itu terlalu kontroversial dan akan merugikan upaya mereka untuk kesetaraan di arena lain. Enam puluh delapan wanita dan 32 pria, termasuk abolisionis Frederick Douglass, menandatangani Deklarasi Sentimen, meskipun banyak yang akhirnya menarik nama mereka karena cemoohan dan kritik yang mereka terima setelah dokumen itu dipublikasikan.
Setidaknya ada kritik atas peristiwa sejarah di Seneca Falls. Jika menggunakan perspektif kesejarahan gerakan perempuan (feminisme), memang aksi protes perempuan di Seneca Falls menjadi bagian dari sejarah perempuan di tengah gencaranya produksi diskursus gender di seluruh belahan dunia. Tetapi pada ruang sejarahnya, gerakan yang disebut feminisme liberal ini hanya mewakili kepentingan kaum perempuan kelas menengah kulit putih. Meminggirkan kaum perempuan kulit putih kelas pekerja dan perempuan kulit hitam. Sama halnya dengan membungkam fakta ketertindasan kaum perempuan yang sesungguhnya terjadi pada keseluruhan kelas-kelas sosial. Sama juga halnya dengan diskriminasi dalam perjuangan dskriminasi; Patut disayangkan.
Tentu saja hal ini mencederai perjuangan gerakan perempuan secara keseluruhan. Gerakan perempuan yang hanya memfasilitasi perempuan kelas tertentu tidak ubahnya menjadi bagian dari pelaku penindasan maupun perbudakan. Melupakan nafas perjuangan dari gerakan abolisionisme yang bertujuan untuk menghapus sistem perbudakan di belahan bumi Eropa maupun di Amerika. Gerakan abolisionisme -meskipun juga meminggirkan hak perempuan- yang sesungguhnya menjadi pemicu lahirnya Pertemuan Akbar Konvensi Hak-hak Perempuan di Seneca Falls 1848. Realitasnya, baik gerakan abolisionisme dan gerakan protes perempuan di Seneca Falls tidak menghilangkan fakta-fakta diskriminasi pada masyarakat dengan kelas sosial tertentu.
Gerakan perempuan melalui protes di Seneca Falls memberikan sumbangsih terhadap gerakan perempuan pada tahun-tahun selanjutnya. Tengok saja contoh kecil dari gerakan pada tahun 1851 ketika perempuan kulit hitam ikut berbicara tentang ketidakadilan gender. Hal ini dapat dipandang sebagai respon atas kegagalan atau, dapat juga dipandang sebagai pendorong munculnya gerakan-gerakan perempuan yang terinspirasi dari peristiwa di Seneca Falls.
Protes perempuan di Seneca Falls telah menjadi bagian dari ide-ide sejarah di seluruh belahan dunia. Keseluruhan ide sejarah ini mewujud aksi protes untuk menuntut keadilan gender. Ide keadilan gender yang menjadi penggerak kesadaran sejarah masyarakat. Kritik perempuan atas sejarah ide-ide dominasi patriarkhi. Perempuan kini telah menjadi bagian penting dari sejarah peradaban manusia. Perempuan perlahan mulai mencapai tujuannya dalam sejarah, setidaknya dimulai dari langkah kecil di Konvensi Seneca Falls.
Related Posts